Selasa, 06 Januari 2015

Ngaji Aqidah


Membaca pemikiran Muhammad Makhluf tentang sifat Allah Qodir, Murid, Sami’, Bashir, dalam buku Aqidah Ahlul Islami (ة أهل الإسلامعقيد ) karya Imam Abdullah bin ‘Alwi Al-hadloromiy.
Sekilas buku ini adalah buku bermazhab Syafi’I, imam yang paling akhir dan paling banyak pengikutnya. Sebagai mahasiswa pastinya kita harus mempunyai pemikiran serta pengetahuan yang luas serta tidak terlalu mementingkan bahasan khilafiyah, yang hanya membuat kita hanya berjalan di tempat.
Buku ini kami dapatkan dari web www.safeena.org berikut kami mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dalam buku ini, akan tetapi karena kamimasih dalam pembelajaran mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, karena kami masih dala tahap belajar. Serta saran dan koreksi pembaca sekalian sangatlah kami butuhkan.
Berikut penjelasan dari sifat Allah yaitu Qodir, Murid, Sami’, Bashir:
dalam buku ini dijelaskan bahwasannya dalam makalah ke-9 sampai makalah ke-13



الشح للشيخ العلامة حسنين محمد مخلوف:
(9) (قدير) متصف بالقدرة الأزلية التامة فلا شيء من المنكنات وهي التي يجوز وجودها وعدمها إلا وهو في قبضة قدرته , وتحت قهره وسلطانه.
Pada makalah ini, dijelaskan jika Allah mempunyai sifat Qodir, yakni mensifati dengan qodar Al-Azaliyah (dahulu) bersifat sempurna, yang mana tidak termasuk dari perkara yang mungkin (berarti absolute), yaitu yang mungkin wujudnya dan ketiadaannya, kecuali qodar tersebut di dalam genggaman ketetapan-Nya, dibawah paksaan-Nya, dan kekuasaan-Nya.
Jika dijelaskan, Allah mempunyai sifat Qodir, yaitu Allah tidak mungkin mempunyai sifat Jaiz ataupun ‘Adam. Semua yang ada adalah dalam genggaman  ketetapan, kekuasaan, dan paksaan Allah.
(10) اي أحاط عليه بكل شيء, فلا تخفى عليه خافيه
Yang mana meliputi pengetahuan-Nya terhadap setiap sesuatu, maka tidaklah menyamarkan kepada-Nya seorang yang menyamarkan.
(11) (مريد) متصف بالإرادة الأزلية, وهي تتعلق بإيجاد الأشياء المنكنة في أوقاتها المحددة لها, علي وفق ما سبق به العلم الأزلي, فلا موجود منها إلا وهو مستندٌ مشيئته, فهو تعلي فعّال لما يريد.
Murid, yakni mensifati dengan kehendak yang dahulu (azali, Allah), yakni menghubungkan dengan sesuatu-sesuatu yang mungkin pada waktu-waktunya yang membatasi kepada kehendak-Nya tersebut, sesuai perkara barang yang mendahului dengannya yaitu ilmu Allah, maka tidak ada dari sesuatu-sesuatu yang tersebut tadi kecuali dan dia (Allah) menyandarkan kepada kehendaknya.
(12) (مدبر) متصب بالتدبير والإحكام.  ( والتدبير هو التقدير وهو جعل الأشياء علي وجه مطابق لعلم الله الأزلي ومشينته الأزلية ).
Pengatur, yakni mensifati dengan mengatur dan hokum. Atau dengan bahasa lain mengatur adalah menetapkan dan menciptakan sesuatu-sesuatu atas arah yang sesuai dengan ilmu Allah yang dahulu, dan sesuai kehendak Allah yang dahulu.
(13) (سميع بصير) متصف أزلا بالسمع والبصر لجميع الموجودات بدون حاسة وآلة, لتنزهه تعالى عن مشابهة الحوادث, فلا يعزب عن رؤيته هو اجس الضمير, وخفايا الوهم والتفكير, ولا يشذ عن سمعه دبيب النملة السوداء في الليلة الظلماء على الصخرة الصماء ( ليس كمثله شيء وهو السميع البصير )

Sami’ dan Bashir adalah sifat Allah yang kami bahas pada bahasan terakhir ini. Pada makalah ini dijelaskan yakni kedua sifat tersebut mensifati Allah dengan maha mendengar dan maha melihat kepada keseluruhan yang ada dengan tanpa pengindraan serta alat, ini untuk membersihkan Allah dari sifat Allah Ta’ala dari hal baru yang menyerupai (makhluk). Di mana manusia mempunyai penglihatan dan pendengaran akan tetapi membutuhkan media serta alat. Sedangkan Allah tidak. Dijelaskan juga bahwasannya apabila Allah dapat melihat segala sesuatu yang ada, baik itu yang disembunyikan sekalipun, ataupun semut hitam dalam kegelapan. Berbeda dengan manusia, seseorang menggunakan BH, akan tetapi orang lain tidak dapat mengetahui BH apa yang dikenakan. Padahal BH itu ada, tapi manusia tidak dapat melihatnyya. Berbeda dengan Allah, sampai ucapan kita dalam hati Allah mengetahui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar