Minggu, 11 Januari 2015

Essay Pendidikan: Permasalahan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang tahun ini sudah diterapkan setiap sekolah di seluruh Indonesia. Kurikulkum 2013 yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M.Nuh pertengahan tahun lalu menuai banyak pro dan kontra dalam penerapannya. Menurut definisinya, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang lebih mengutamakan pendidikan karakter dan peminatan siswa. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka kurikulum harus mulai berkembang. Tidak hanya menghafal seperti kurikulum sebelumnya. Namun dalam kasus ini, banyak pihak yang beranggapan bahwa M.Nuh terlalu terburu buru dalam penerapan Kurikulum baru. Baik dari segi kesiapan mandiri tim guru pengajar dalam menghadapi kurikulum baru tersebut dan ketersediaan buku buku paket yang seharusnya dipersiapkan lebih matang agar dapat menyebar lebih rata.
Jangan asal menerbitkan dan mengedarkan ke seluruh sekolah ternyata isinya tidak memiliki mutu yang bagus dan penganggaran dana harus dipertimbangkan dengan matang, agar tidak terlalu membebani pemerintahan daerah setempat. karena tidak semua sekolah mampu untuk menyelenggarakan kurikulum 2013, tidak semua sekolah semaju sekolah sekolah di daerah Ibu Kota,dan tidak semua daerah mampu untuk menganggarkan dana yang tidak sedikit untuk penerapan kurikulum tersebut . Seperti yang dilansir pada Kompasiana “Alasan pembatalan, ujar Taufik, semata masalah alokasi anggaran pengadaan buku. Ia khawatir dana bantuan operasional sekolah (BOS) tak mencukupi sehingga dikhawatirkan sekolah memungut biaya dari murid. Dana tak cukup untuk membiayai pelatihan guru dan pengadaan buku. Rencana pengadaan buku secara digital juga tidak efektif karena hanya 50 persen sekolah yang memiliki infrastruktur teknologi informasi yang baik.”
Dari permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan menurut pendapat saya adalah dengan mempersiapkan secara matang untuk segala keperluan kurikulum 2013. Baik dari segi kualitas guru, kualitas buku, dan anggaran yang harus diperhitungkan secara matang. Jangan sampai anggaran dana yang sudah di keluarkan terbuang dengan tanpa hasil dan membuat sistem kurikulum 2013 mengambang tanpa alur yang jelas. Hal fatal yang terjadi jika tidak ada persiapan dari guru adalah, ketidakjelasan ilmu yang disampaikan oleh guru dan malah membuat murid bingung atas materi yang diajarkan di sekolah sehingga terlalu banyak waktu terbuang di kelas karena hal tersebut dan murid tidak mendapatkan ilmu baru saat sampai di rumah. Bukankah fungsi belajar adalah agar murid atau siswa mendapatkan ilmu yang memiliki manfaat untuk masa depannya? Seharusnya pemerintah lebih mempriotaskan kelayakan dalam system mengajar baik gedung sekolah, alat alat penunjang pembelajaran. Masalah ketersediaan bangku dan kursi sekolah, ketersediaan tim pengajar, secara merata di seluruh Nusantara hingga pelosok saja pemerintah tidak mampu, dan sekarang hendak membuat kurikulum baru. Seharusnya perhatikan hal hal kecil terlebih dahulu sebelum membenahi hal besar yang lebih kompleks seperti penerapan kurikulum baru.
Untuk masalah ini, Harapan saya adalah setidaknya dalam menerapkan suatu kebijakan baru harus dipertimbangkan secara baik. Setidaknya pemerintah harus lebih peka terhadap pendidikan di Indonesia dan apa yang benar benar dibutuhkan bangsa ini. Apabila kesalahan pengambilan keputusan individu hanya akan merugikan individu tersebut, begitupun dengan kelompok, hanya orang orang terlibat yang mendapatkan kerugian tersebut. Namun lihatlah, ini adalah kebijakan suatu kelompok pusat yaitu kelompok pemerintahan dan melibatkan kelompok lainnya yang lebih luas yaitu jutaan rakyat Indonesia dan kerugian yang dihasilkan bukan hanya merugikan individu ataupun kelompok namun dapat merugikan seluruh elemen lapisan masyarakat dan menggagalkan pertumbuhan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar